SINERGI POSITIF PENDIDIKAN SELAMA STAY AT HOME

SINERGI POSITIF PENDIDIKAN SELAMA STAY AT HOME

Oleh : Muhammad Ilham Fu’adi*

Suatu kebahagiaan tersendiri jika orang tua atau guru memiliki anak atau peserta didik yang memiliki semangat belajar tinggi, kreatif, inovatif, berprestasi, dan berakhlak mulia. Namun, fakta dan realita sangat banyak kita dapati dari berbagai curhatan melalui media sosial juga cuitan di twitter, dan berbagai keluh kesah para orang tua juga para peserta didik, tentang beban proses belajar dan mengajar di rumah selama diberlakukan stay at home dalam upaya memutus rantai penyebaran Covid-19.

Dari berbagai pengamatan dan informasi yang berkembang luas di masyarakat, bahwa diantara faktor penyebabnya adalah, ada para guru di sekolah yang secara bersamaan memberikan tugas akademis yang amat banyak. Beberapa tugas tersebut ada yang diberikan secara daring, ada juga tugas mandiri dalam bentuk merangkum buku paket yang dilanjutkan dengan penyelesaian uji kompetensi (latihan soal-soal), tanpa atau minim bimbingan dari guru. Kurangnya koordinasi dan perencanaan pemberian tugas dari para guru, sehingga peserta didik mayoritas merasa terbebani dengan tumpukan tugas yang datang silih berganti.

Sementara kondisi di rumah, ada sebagian para orang tua yang lebih mengedepankan “perintah dan larangan”, gersang kasih sayang, minim bimbingan, dan menuntut semua tugas yang dikirim oleh para guru di sekolah harus segera terselesaikan. Selama di rumah menu hariannya terpusat pada tumpukan buku dan kata: “Kamu harus begini” atau “Kamu tidak boleh begitu”, tanpa memberi ruang untuk curhat atau pun dialog. Hal seperti itulah yang terkadang membuat anak merasa jenuh dan kemudian tidak nyaman selama di rumah.

Sungguh ironis dan sangat menyedihkan, kita dapati berbagai umpatan, unggahan, berupa pernyataan negatif, bahkan sempat trending topik dan viral curhatan anak di media sosial dengan kalimat: “Ternyata mamaku lebih galak dari guruku di sekolah”. Walau pernyataan ini mungkin berangkat dari obrolan ringan yang sengaja dibesarkan oleh pengguna akun media sosial sebagai bahan gurauan, namun tanpa disadari hal ini berdampak sangat tidak mendidik bahkan dapat merusak karakter anak.

Rendahnya kontrol di lingkungan masyarakat, sehingga tujuan penerapan belajar di rumah selama pembatasan interaksi sosial yang dicanangkan pemerintah, justru dimanfaatkan oleh banyak anak untuk bermain bersama, membuat arena pertemuan yang kurang bermakna, dan lain sejenisnya. Program pemerintah yang bertujuan upaya keras untuk memutus rantai penyebaran virus corona, justru dimanfaatkan oleh sebagian besar anak menjadi agenda liburan sekolah, tanpa ada kontrol positif atau larangan dari para orang tua, tokoh masyarakat, tokoh agama bahkan aparatur pemerintah ditingkat paling rendah yaitu ketua RT.

Mencermati fenomena tersebut, proses pendidikan atau belajar di rumah sebagai alternatif strategi penerapannya, perlu adanya “Sinergi positif antara sekolah/guru, keluarga dan masyarakat”, agar proses pendidikan berhasil guna, lebih bermakna dan berjalan dengan baik walaupun di tengah keterbatasan, baik dari segi waktu, kondisi, maupun sarana dan prasarana.

 

A. Pendidikan di Sekolah/Guru

Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang terorganisir secara formal berdasarkan struktur kurikulum yang digunakan di sebuah lembaga pendidikan. Manajemen penyelenggaraan pembelajaran seperti: jadwal, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pokok, sumber belajar, evaluasi, alat dan bahan, telah diatur dalam seperangkat sistem pada kurikulum sekolah (Panduan Kurikulum Sekolah: 2016).

Seiring proses penerapan belajar di rumah, dengan segala keterbatasannya tentu seperangkat sistem tersebut tidak akan terlaksana secara optimal. Oleh karena itu, waktu dan target capaian hasil belajar sebaiknya diberikan dengan proporsi yang disesuaikan dengan kondisi, diharapkan tidak mengurangi kualitas hasil pengalaman pembelajaran.

Dari pengalaman selama belajar, serta berbagai literatur yang penulis amati, setiap guru mempunyai cara dan gaya tersendiri dalam memberikan tugas pembelajaran. Hal ini dapat dipahami karena setiap guru mempunyai kapasitas mengajar yang berbeda-beda, disamping itu pemberian tugas disesuaikan dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru.

Belajar mandiri, merupakan cara mengajar dengan memberikan materi pelajaran atau bahan ajar kepada peserta didik untuk dipelajari sendiri. Cara seperti ini sesunggunya sangat menyulitkan bagi peserta didik kalau materi bahan ajar tersebut diberikaan bukan yang dapat dipelajari sendiri tanpa guru. Pendidikan jarak jauh (distance education) seperti yang harus diterapkan saat ini, sebaiknya disiasati dengan program yang matang untuk mengurangi beban berat peserta didik, mengingat sejak awal belajar, mereka terbiasa mendapatkan bimbingan langsung dari para guru di sekolah dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Perencanaan pemberian tugas diperlukan koordinasi dari para guru di sekolah, agar ada pemerataan dan tolak ukur kesesuaian beban tugas bagi peserta didik. Lebih menarik dan menyenangkan, jika tugas yang diberikan tidak hanya terpusat pada muatan akademis. Namun, peserta didik perlu diberikan tugas kegiatan yang mengarah pada peningkatan daya kreativitas, inovasi yang diintegrasikan dalam kegiatan sehari-hari, seperti life skill, hasta karya yang bisa dipublikasikan. Tentu semua ini perlu inovasi dari para guru sesuai dengan pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Anwar Makarim yang dikenal sebagai pendiri Gojek sebuah perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring, tentang “Merdeka Belajar”, yang didalamnya tidak menghilangkan esensi muatan akademis.

Program pembelajaran daring, yang banyak diterapkan oleh sekolah selama pemberlakuan belajar dirumah cukup efektif sebagai pengganti proses pembelajaran tatap muka dengan memberikan layanan belajar jarak jauh. Disisi lain, karena kurangnya koordinasi dan perencanaan beban tugas dari para guru, banyak keluhan peserta didik karena tugas terlalu berat, sementara para orang tua “teriak” dengan meningkatnya kebutuhan fasilitas kuota paket internet di tengah menurunnya pendapatan. Unggahan pernyataan yang ramai diperbincangkan seperti: “BERIKAN FASILITAS KUOTA INTERNET GRATIS ATAU KEMBALIKAN SPP KAMI” perlu mendapat perhatian dari pihak sekolah/guru, agar kembali menyusun strategi pemberian tugas dengan mempertimbangkan keadaan. Pembelajaran daring di tengah pandemik Covid-19 dapat diterapkan, namun diperlukan evaluasi serta perencanaan yang lebih baik dan terkoordinasi agar tugas yang diberikan sesuai dengan kondisi serta kadar kemampuan peserta didik serta orang tua.

Belajar adalah merupakan perubahan (Hidayanto: 2002) disebutnya sebagai devinisi klasik yang masih dipertahankan, karena paling relevan dengan keberadaan lembaga pendidikan sebagai agen perubahan. Program pembelajaran yang baik akan menghasilkan dampak berkembangnya kemampuan serta efek perubahan peserta didik untuk terus belajar melalui sumber belajar termasuk lingkungan alam dan lingkungan sosial (Anwar, dalam Pendidikan Kecakapan Hidup: 2004).

Keterampilan hidup atau disebut life skill, yang sebagian besar memanfaatkan potensi alam dan lingkungan, juga memanfaatkan kearifan lokal dapat menjadi sumber belajar yang mampu menghantarkan peserta didik menuju perubahan melalui proses penemuan sesuatu yang baru serta mampu merasakan kecintaannya terhadap lingkungan alam sekitarnya. Peserta didik yang memiliki keterampilan hidup akan lebih mudah memperoleh keterampilan lainnya termasuk keterampilan untuk bekerja yang merupakan kebutuhan jangka panjang.

Disinilah para guru diberikan kesempatan untuk berinovasi, memberikan tugas belajar mengintegrasikan mata pelajaran yang diampu dengan keterampilan hidup dan pengalaman hidup sehari-hari. Tugas tersebut akan lebih menarik dan sangat menyenangkan jika alat dan bahan yang digunakan telah akrab dengan peserta didik serta mudah didapatkan, seperti: pemanfaatan barang bekas (kardus, botol mineral, plastik, kayu, bambu, styrofoam, dls). Melalui tangan dingin dari para guru profesional, diharapkan mampu mendesign tugas peserta didik, agar barang bekas yang selama ini menjadi sampah, dapat dibuat menjadi berbagai hasta karya maupun alat peraga pendidikan yang menarik dan relevan dengan materi pelajaran.

Proses pembuatan dan hasil karya peserta didik, bisa dikirim via chat online ke guru melalui dokumentasi berupa photo, sehingga guru bisa langsung memberikan penghargaan hasil karyanya dengan memberikan penilaian serta komentar positif sebagai upaya membangkitkan motivasi peserta didik.

Mengikuti perkembangan Technology Information pada era revolusi industry 4.0 akan terlihat lebih memudahkan bagi guru dan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui daring. Namun, fakta yang terjadi pada proses kegiatan pembelajaran secara daring di tengah maraknya Covid-19, baru 2 sampai 3 minggu diterapkan, ternyata peserta didik tampak mulai bosan dan jenuh, walaupun pembelajaran telah menggunakan aplikasi Zoom sehingga proses pembelajaran dapat bertatap muka dan berdialog jarak jauh. Hal ini menyadarkan bahwa ternyata kehadiran, peran, bimbingan dan sentuhan kasih sayang seorang guru di kelas sangat dinantikan oleh peserta didik, dan tidak bisa serta merta digantikan dengan canggihnya teknologi.

Peran penting sekolah/guru diharapkan mampu memberikan layanan terbaik di tengah pandemik Covid-19 ini, dengan melakukan inovasi model pembelajaran jarak jauh, dengan design tugas belajar yang bervariasi dan menyenangkan (enjoy learning), sehingga proses kegiatan belajar di rumah mampu hadirkan semangat serta keceriaan bagi peserta didik.

 

B. Pendidikan di Keluarga

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama. Pembinaan karakter, penguatan dasar optimisme dilakukan melalui pendidikan dan pengalaman hidup sehari-hari dan dipengaruhi oleh sumber belajar yang ada di keluarga. Pemikiran yang jernih merupakan mata air yang mengalir deras, yang membawa manusia kepada derajat yang lebih mulia. (Sayyid Mujtaba, dalam Psikologi Islam: 1990).

Keluarga merupakan sistem yang paling mumpuni dalam melahirkan generasi terbaik. Anak yang berprestasi, berakhlak mulia serta memiliki motivasi tinggi akan muncul dari pendidikan keluarga yang berkualitas. Berbagai tugas belajar di rumah, walau tidak semua orang tua mampu membimbing langsung, karena tingkat pendidikan maupun latar belakang yang berbeda. Namun, dengan motivasi, pendampingan, kasih sayang, ketulusan cinta, dan pujian, sekecil apapun hasil pekerjaan atau karya anak jika dihargai, menjadi modal terbesar lahirnya percaya diri anak, serta anak akan merasakan betapa indahnya hidup di lingkungan keluarga. Terciptanya kondisi keluarga seperti ini, akan sangat membantu suksesnya program stay at home, karena anak merasa nyaman dan betah saat berada di rumah.

Harmonisasi komunikasi keluarga, merupakan titik tolak pertama bagi kesuksesan anak. Oleh karena itu, membangun pilar pendidikan keluarga itu sangat menentukan. Salah satu pilar itu adalah “Quality time” waktu yang berkualitas kebersamaan antara anak dan orang tua.

Keteladanan orang tua menempati urutan penting dalam membangun motivasi dan akhlak mulia, karena kecenderungan anak yang paling menonjol adalah meniru perilaku dan kebiasaan orang tua. Seiring dengan pandangan pakar Psikolog tentang belajar bahwa sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan (Albert Bandura: 1977). Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai model atau tokoh bagi anak-anak untuk menirukan tingkah laku. Oleh karena itu, kesempatan “Stay at home”, hendaknya dimanfaatkan maksimal oleh para orang tua sebagai “Quality time” dengan kegiatan pengamalan ibadah, membimbing, mendampingi, membuka dialog atau menerima curhatan anak-anak. Wujud ketulusan cinta, kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anak, akan berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya karakter anak.

Selain itu pengalaman juga bisa didapatkan pada salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mengusung program pembiasaan hidup bersih dan sehat adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Program unggulan dari kegiatan tersebut adalah penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Seiring dengan Stay at home, saatnya para orang tua mengimplementasikan program tersebut di lingkungan keluarga. Selain bertujuan untuk menghambat hadirnya virus yang mematikan, pembiasaan hidup bersih dan sehat juga merupakan bagian dari aplikasi pembelajaran yang didapat dari sekolah. Seperti: mencuci tangan dengan menggunakan sabun, menjaga kebersihan lingkungan, merapihkan ruang tamu, kamar tidur, toilet hingga semua tampak bersih dan indah tampak diseluruh sudut rumah.

Tugas sekolah yang menyenangkan, pendampingan para orang tua yang penuh dengan pujian, contoh teladan yang baik dalam tindakan, pernyataan dan tutur kata orang tua, akan sangat berpengaruh kuat dalam upaya membangun generasi yang memiliki motivasi tinggi, berprestasi, dan berakhlak mulia.

 

C. Pendidikan Masyarakat

Hampir sama dengan pendidikan di keluarga, pendidikan di tengah masyarakat hakikatnya merupakan proses pendidikan sepanjang hayat, khususnya terkait dengan praktik pendidikan kehidupan sehari-hari yang sangat dipengaruhi oleh sumber belajar di masysrakat, yakni tetangga, teman pergaulan, lingkungan serta tatanan aturan yang ada.

Pendidikan dan kontrol di tengah masyarakat sangat diperlukan, agar program pemerintah dalam upaya mencegah tersebarnya coronavirus ini dapat terlaksana dengan baik. Lebih dari itu, dengan meminimalisir kerumunan anak-anak di luar rumah, akan sangat membantu tugas belajar dapat terselesaikan. Peran tokoh dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengedukasi dan ikut serta mengontrol dengan melarang anak-anak untuk menggelar kegiatan bermain selama penerapan Social distancing.

Surat edaran dari pemerintah dan pesan-pesan positif warga melalui WhatsApp Group sangat efektif, agar anak-anak mampu melewati belajar dan beribadah di rumah dengan tanpa beban. Hindari mengunggah informasi negatif, yang berdampak hadirkan ketakutan, candaan yang berlebihan apalagi “Hoax” sehingga berakibat salah persepsi yang tersebar di masyarakat.

Ditengah program “Kerja dari rumah, Belajar dari rumah dan ibadah di rumah”, kita sikapi dengan tindakan yang positif. Khususnya dunia pendidikan, dengan mengimplementasikan sinergi positif antara sekolah/guru, keluarga, dan masyarakat diharapkan pendidikan tetap berjalan dengan baik, berhasil guna dan bermakna dalam upaya membangun generasi yang berprestasi dan akhlak mulia.

*Penulis, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung

 

 

Profil Muhammad Ilham Fu’adi

Muhammad Ilham Fu’adi, banyak sahabat yang memberikan julukan pemuda sejuta inspirasi. Hal itu didasari oleh keseharianku mendorong orang untuk selalu meraih kehidupan terbaik.

Lahir di Lampung Selatan, 03 September 1999. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa aktif semester empat di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung. Aktivis kegiatan Wakil Ketua Umum UKM Bidang Seni Universitas Muhammadiyah Lampung, Ketua Umum UKM Pusat Informasi dan Konseling Remaja Center Of Excellent Wahana Advokasi Remaja dan Anak (PIK R COE WARDA Universitas Muhammadiyah Lampung).

Sejak tahun 2011, tergabung dalam komunitas pecinta musik religi El-Izza Entertainment. Tahun 2016 tergabung pada Lembaga ASA Training Center dan tahun 2019 aktif pada komunitas Global Youth Indonesia sebagai Volunteer.

Selain aktif pada kegiatan organisasi maupun komunitas, event perlombaan turut menjadi warna dalam menyemai impian penulis. Diantaranya juara 1 BKKBN IDOL Provinsi Lampung 2019, juara 1 KPU IDOL Lampung Selatan 2019, juara 3 Duta Generasi Berencana Universitas Muhammadiyah Lampung 2019, Semi Finalist Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional 2020 by The Platinum Skill serta menjadi Master Of Ceremony disetiap event kampus.

 

 

Open chat
Terimakasih telah menghubungi Universitas Muhamamdiyah Lampung.
Silahkan tinggalkan pesan, akan kami balas secepatnya. Jam kerja 08.00-17.00 WIB. Diluar itu slow respon.

Untuk info lengkap mengenai pendaftaran, silahkan mengunjungi:
Instagram: @um_lampung
Facebook : uml official
Pendaftaran : www.pendaftaran.uml.ac.id