Strategi Internasionalisasi Diperguruan Tinggi Menuju Kampus Unggul dan Berkemajuan
UML.AC.ID – Badai pandemi Covid-19 turut menerpa kalangan perguruan tinggi (PT). Pimpinan PT seperti rektor dan jajarannya dituntut mampu selalu mengoptimalisasikan kualitas layanan dan memperluas jaringan kemanfaatan bagi sivitas akademika di tengah keterbatasan yang ada. Layaknya pemain sirkus, tidak jarang mereka pun harus pandai berakrobat menyiasati tantangan baru.
Demikian salah satu gagasan yang hadir dalam Diskusi: Strategi Internasionalisasi di perguruan tinggi menuju kampus unggul dan berkemajuan. Diskusi menghadirkan narasumber yakni Yordan Gunawan, S.H., M.B.A., M.H selaku Asistensi Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah yng juga sekaligus sebagai Ketua Asosiasi Kantor Urusan Internasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (ASKUI PTMA).
Rektor UML Dr. Mardiana, M.Pd.I dalam sambuatnya menyatakan bahwa dalam menghadapi globalisasi, penting bagi perguruan tinggi untuk melakukan internasionalisasi. Melalui upaya internasionalisasi, kualitas dan reputasi perguruan tinggi pun dapat terdorong untuk menjadi lebih baik.
“Jadi akan banyak persiapan yang intinya meningkatkan kualitas, seperti dengan adanya internasionalisasi berarti harus siap dengan SDM yang bagus, harus siap dengan program yang bagus, juga jejaring yang bagus. Untuk mencapai ke sana, banyak program-program perguruan tinggi yang secara tidak langsung meningkatkan kualitasnya,” kata Mardiana Jum’at (13/05).
Melalui internasionalisasi, mahasiswa pun akan lebih didorong untuk siap menghadapi dunia global. Selain itu, dengan meningkatnya jumlah mahasiswa internasional di sebuah perguruan tinggi, diharapkan akan terjadi peningkatan interaksi antara mahasiswa dalam dan luar negeri, dalam rangka peningkatan kualitas mahasiswa.
“Dengan semakin banyaknya mahasiswa asing, juga akan memperkenalkan perguruan tinggi di Indonesia di mata dunia,” tambah Mardiana.
Disampaikan Yordan, mitigasi kebijakan lembaga tampaknya memiliki dampak secara tidak langsung pada internasionalisasi kampus. “Walaupun internasionalisasi secara global tidak terlalu dipikirkan karena orang berpikir di rumah saja, kita tidak boleh berhenti menyusun strategi,” tutur Yordan. Ada dua hal yang dapat dilakukan universitas, yakni memikirkan ulang strategi internasionalisasi dan mendorong internasionalisasi sehingga universitas siap menjadi Kampus Merdeka.
Lebih lanjut, Yordan menjelaskan Perubahan di satu pojok dunia dapat mempengaruhi pojok yang lain. Kita perlu menyadari bahwa dunia punya banyak latar belakang yang perlu dipahami. Bila kita ingin menjadi warga global, tetapi tidak memahami konteks lain, dapat bermasalah,” ungkapnya. Lebih jauh, beliau menganggap internasionalisasi bukan hanya soal lintas negara, tapi pada peningkatan kualitas pendidikan tinggi.
Selama masa pandemi ini memang internasionalisasi kampus tidak dilakukan secara fisik seperti berkunjung ke negara tertentu. Setuju bahwa pandemi ini mempersempit ruang gerak, namun tetap bisa dijalankan dengan bantuan teknologi. “Kegiatan daring ini yang seharusnya kita optimalkan dalam kegiatan internasionalisasi,” tuturnya. (Bastian/Humas/08117811414)